Oleh : Palimirma
Biaya merupakan factor yang sangat diperhatikan oleh seorang pengusaha. Biaya yang dikeluarkan akan sangat menentukan berapa besar keuntungan akan diperoleh. Biaya tidak mungkin dinolkan karena untuk menghasilkan satu produk maka pasti akan dibutuhkan biaya untuk modal. Dan dalam upaya untuk mendapatkan produk-produk yang memiliki kualitas maka terdapat biaya yang dibutuhkan untuk membuat produk yang satu berbeda dengan produk yang lain. Dalam hal ini kualitas yang diharapkan lebih baik dari kualitas produk-produk saingan (kompetitor).
Total Quality Management sangat membantu untuk mengefektifkan biaya yang harus dikeluarkan tanpa harus menurunkan kualitas atau mutu produk. Human Sigma, ISO, Just in Time, Kaizen merupakan metoda-metoda Quality management yang mengupayakan suatu sistem kerja dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Sehingga dengan menggunakan metoda kerja yang efektif maka akan diperoleh hasil produksi yang optimal. Kalau kita golongkan berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi maka terdapat 2 jenis biaya dalam proses ini:
1. Biaya produksi (actual cost): yaitu biaya-biaya yang pasti akan dikeluarkan untuk penyelenggaraan proses produksi. Misalnya: biaya bahan baku, biaya mesin, gaji sdm, pengiriman barang dan yang lain-lain yang terjadi dalam rangka pembuatan produk.
2. Biaya kualitas (cost of quality): yaitu biaya yang timbul dengan cara mendata semua tindakan yang dilakukan baik untuk mencegah terjadinya problem (preventive cost), untuk memastikan tidak ada problem (appraisal cost) dan untuk menindaklanjuti problem yang ada (failure cost), baik sebelum dikirim ke customer ataupun setelah dikirim ke customer.
Perbedaan kedua biaya di atas, adalah actual cost atau biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan. Tetapi Cost of Quality adalah komponen biaya yang bisa diminimasi atau di tekan seminimal mungkin. Salah satu komponen yang termasuk di dalam Cost of Quality adalah: Cost of Waste atau Failure Cost. Kedua jenis cost atau biaya ini termasuk di dalam type pemborosan.
Upaya apa yang saat ini dipilih oleh produsen dalam rangka memproduksi produknya sehingga menghasilkan keuntungan yang semaksimal mungkin?
Seringkali produsen menaikkan harga jualnya sehingga dapat mengimbangi biaya dan pengeluaran yang cenderung melambung tinggi akibat membengkaknya biaya produksi. Cara ini bisa disebut cara konvensional. Akibatnya konsumen akan ragu-ragu atau menimbang-nimbang untuk membeli apabila harga terus melambung sementara valuenya tetap sama. Akibat lainnya adalah itu calon pembeli dapat beralih dan berpaling dengan membeli produk dari brand (merek) lain yang tersedia.
Alternatif cara yang efektif untuk menyiasati kenaikan harga-harga bahan baku dan biaya penunjang produksi lainnya di satu sisi dan menghindarkan kenaikan harga barang jadi (output) di sisi lainnya adalah: menekan biaya-biaya yang termasuk dalam golongan pemborosan (waste). Kedua adalah: Aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah (non added value) perlu diidentifikasi dan dilakukan perbaikan dengan menghilangkan atau minimal menguranginya.
Sehubungan dengan hal di atas terdapat 7 (tujuh) jenis pemborosan klasik yang sering menjadi fokus dalam tindakan mengurangi pemborosan antara lain:
1. Produksi berlebih (over production). Membuat part/produk yang berlebih atau tidak dibutuhkan. Untuk itu proses planning secara menyeluruh dan detil sangat diperlukan untuk menghindari adalanya over production.
2. Waktu menunggu (waitingtime). Umumnya terjadi karena belum ratanya line balancing di lini produksi. Ada bagian/orang yang sangat sibuk dan kelelahan, di sisi lainnya terdapat bagian/orang yang sangat santai tanpa ada sesuatu yang dilakukan.
3. Pengangkutan (transporation). Suatu kondisi perpindahan/pengangkutan barang atau informasi yang kurang efektif. Tujuan yang sama tetapi dipakai beberapa kendaraan, padahal dari segi kecukupan muatan dan rute yang ditempuh masih memenuhi syarat dan mampu dibawa oleh satu armada/kendaraan sekaligus. Di sini yang diperlukan adalan Capacity Planning dan juga pengaturan flow proses produksi.
4. Proses (process) berlebih. Melakukan suatu proses yang pada akhirnya sesungguhnya tidak dibutuhkan atau diganti dengan spesifikasi yang lain.
5. Persediaan/stok (inventory). Stok yang terlalu banyak mengakibatkan biaya-biaya tambahan lain seperti gudang penyimpanan, menjaga agar tidak rusak atau hilang, dan lain sebagainya.
6. Gerakan yang tidak perlu. Segenap pergerakan pekerja yang tidak memiliki nilai tambah. Bergerak tetapi sesungguhnya gerakan tersebut tidak menambah nilai (value) bagi customer. Mangambil scrap, part yang jatuh ke body mesin atau ke lantai, membuka tali pengikat material, membuka dan menempatkan kardus sebagai tempat finish good adalah beberapa di antaranya.
7. Barang cacat (product defect). Segala output yang di luar spesifikasi dan perlu perbaikan ulang (rework). Proses pengerjaan ulang membutuhkan biaya tambahan yang sesungguhnya tidak perlu, sehingga dibutuhkan metode kerja yang lebih baik untuk menghindarkan terjainya produk defect.
Yang disebutkan di atas seringkali dianggap remeh sehingga tidak diperhatikan secara khusus. Tetapi apabila dilakukan penelitian dan analisa secara mendetail, maka secara kumulatif semua pemborosan ini akan menghasilkan kerugian yang signifikan.
Ada satu lagi jenis pemborosan yang justru sering diabaikan dan luput dari perhatian. Beberapa orang menyebutnya dengan unused employ creativity (kreativitas karyawan yang tidak digunakan). Bahkan ada yang lebih jelas lagi, unexploited knowledge. Failure when it comes to exploiting the knowledge and talent of the employees. Karyawan mempunyai talenta, ide atau kreativitas yang bagus dan bernilai, namun perusahaan atau manajemen puncak mengabaikannya dan tidak mampu memberdayakannya dengan baik.
Walau pun tergolong unik, namun kondisi seperti ini sering dijumpai bahkan di perusahaan yang mapan sekali pun. Pengetahuan dan kemampuan para karyawannya tidak mampu dimanfaatkan secara optimal. Seharusnya potensi seperti ini dapat digali dan dikembangkan yang pastinya akan mendongkrak keuntungan perusahaan.
Mulailah dengan meminimasi pemborosan, pastilah pekerjaan akan semakin efektif dikerjakan dan menghasilkan peningkatan kualitas dan juga profit.
Total Quality Management sangat membantu untuk mengefektifkan biaya yang harus dikeluarkan tanpa harus menurunkan kualitas atau mutu produk. Human Sigma, ISO, Just in Time, Kaizen merupakan metoda-metoda Quality management yang mengupayakan suatu sistem kerja dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Sehingga dengan menggunakan metoda kerja yang efektif maka akan diperoleh hasil produksi yang optimal. Kalau kita golongkan berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi maka terdapat 2 jenis biaya dalam proses ini:
1. Biaya produksi (actual cost): yaitu biaya-biaya yang pasti akan dikeluarkan untuk penyelenggaraan proses produksi. Misalnya: biaya bahan baku, biaya mesin, gaji sdm, pengiriman barang dan yang lain-lain yang terjadi dalam rangka pembuatan produk.
2. Biaya kualitas (cost of quality): yaitu biaya yang timbul dengan cara mendata semua tindakan yang dilakukan baik untuk mencegah terjadinya problem (preventive cost), untuk memastikan tidak ada problem (appraisal cost) dan untuk menindaklanjuti problem yang ada (failure cost), baik sebelum dikirim ke customer ataupun setelah dikirim ke customer.
Perbedaan kedua biaya di atas, adalah actual cost atau biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan. Tetapi Cost of Quality adalah komponen biaya yang bisa diminimasi atau di tekan seminimal mungkin. Salah satu komponen yang termasuk di dalam Cost of Quality adalah: Cost of Waste atau Failure Cost. Kedua jenis cost atau biaya ini termasuk di dalam type pemborosan.
Upaya apa yang saat ini dipilih oleh produsen dalam rangka memproduksi produknya sehingga menghasilkan keuntungan yang semaksimal mungkin?
Seringkali produsen menaikkan harga jualnya sehingga dapat mengimbangi biaya dan pengeluaran yang cenderung melambung tinggi akibat membengkaknya biaya produksi. Cara ini bisa disebut cara konvensional. Akibatnya konsumen akan ragu-ragu atau menimbang-nimbang untuk membeli apabila harga terus melambung sementara valuenya tetap sama. Akibat lainnya adalah itu calon pembeli dapat beralih dan berpaling dengan membeli produk dari brand (merek) lain yang tersedia.
Alternatif cara yang efektif untuk menyiasati kenaikan harga-harga bahan baku dan biaya penunjang produksi lainnya di satu sisi dan menghindarkan kenaikan harga barang jadi (output) di sisi lainnya adalah: menekan biaya-biaya yang termasuk dalam golongan pemborosan (waste). Kedua adalah: Aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah (non added value) perlu diidentifikasi dan dilakukan perbaikan dengan menghilangkan atau minimal menguranginya.
Sehubungan dengan hal di atas terdapat 7 (tujuh) jenis pemborosan klasik yang sering menjadi fokus dalam tindakan mengurangi pemborosan antara lain:
1. Produksi berlebih (over production). Membuat part/produk yang berlebih atau tidak dibutuhkan. Untuk itu proses planning secara menyeluruh dan detil sangat diperlukan untuk menghindari adalanya over production.
2. Waktu menunggu (waitingtime). Umumnya terjadi karena belum ratanya line balancing di lini produksi. Ada bagian/orang yang sangat sibuk dan kelelahan, di sisi lainnya terdapat bagian/orang yang sangat santai tanpa ada sesuatu yang dilakukan.
3. Pengangkutan (transporation). Suatu kondisi perpindahan/pengangkutan barang atau informasi yang kurang efektif. Tujuan yang sama tetapi dipakai beberapa kendaraan, padahal dari segi kecukupan muatan dan rute yang ditempuh masih memenuhi syarat dan mampu dibawa oleh satu armada/kendaraan sekaligus. Di sini yang diperlukan adalan Capacity Planning dan juga pengaturan flow proses produksi.
4. Proses (process) berlebih. Melakukan suatu proses yang pada akhirnya sesungguhnya tidak dibutuhkan atau diganti dengan spesifikasi yang lain.
5. Persediaan/stok (inventory). Stok yang terlalu banyak mengakibatkan biaya-biaya tambahan lain seperti gudang penyimpanan, menjaga agar tidak rusak atau hilang, dan lain sebagainya.
6. Gerakan yang tidak perlu. Segenap pergerakan pekerja yang tidak memiliki nilai tambah. Bergerak tetapi sesungguhnya gerakan tersebut tidak menambah nilai (value) bagi customer. Mangambil scrap, part yang jatuh ke body mesin atau ke lantai, membuka tali pengikat material, membuka dan menempatkan kardus sebagai tempat finish good adalah beberapa di antaranya.
7. Barang cacat (product defect). Segala output yang di luar spesifikasi dan perlu perbaikan ulang (rework). Proses pengerjaan ulang membutuhkan biaya tambahan yang sesungguhnya tidak perlu, sehingga dibutuhkan metode kerja yang lebih baik untuk menghindarkan terjainya produk defect.
Yang disebutkan di atas seringkali dianggap remeh sehingga tidak diperhatikan secara khusus. Tetapi apabila dilakukan penelitian dan analisa secara mendetail, maka secara kumulatif semua pemborosan ini akan menghasilkan kerugian yang signifikan.
Ada satu lagi jenis pemborosan yang justru sering diabaikan dan luput dari perhatian. Beberapa orang menyebutnya dengan unused employ creativity (kreativitas karyawan yang tidak digunakan). Bahkan ada yang lebih jelas lagi, unexploited knowledge. Failure when it comes to exploiting the knowledge and talent of the employees. Karyawan mempunyai talenta, ide atau kreativitas yang bagus dan bernilai, namun perusahaan atau manajemen puncak mengabaikannya dan tidak mampu memberdayakannya dengan baik.
Walau pun tergolong unik, namun kondisi seperti ini sering dijumpai bahkan di perusahaan yang mapan sekali pun. Pengetahuan dan kemampuan para karyawannya tidak mampu dimanfaatkan secara optimal. Seharusnya potensi seperti ini dapat digali dan dikembangkan yang pastinya akan mendongkrak keuntungan perusahaan.
Mulailah dengan meminimasi pemborosan, pastilah pekerjaan akan semakin efektif dikerjakan dan menghasilkan peningkatan kualitas dan juga profit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar