17 Jan 2011

Berhentilah Mencari Uang


Oleh: Arvan Pradiansyah

Mengapa kita harus berhenti mencari uang? Apakah kita tidak butuh uang? Mana ada orang di dunia ini yang tidak membutuhkan uang?

Kita sudah terlalu lama mencari uang dan ternyata uang yang kita kumpulkan selalu tidak pernah cukup. Kita senantiasa bersaing dengan biaya dan inflasi. Demi mendapatkan uang kita bekerja keras serta mengorbankan waktu dan kesehatan kita. Demi mendapatkan uang,  banyak orang yang bertahan dalam pekerjaan yang membosankan, yang merendahkan harga dirinya, yang tidak sesuai dengan keahlian dan minatnya, yang tidak membuatnya menjadi orang yang lebih pandai. Bagaimana bisa pandai kalau apa yang kita lakukan selalu hal yang sama terus selama bertahun-tahun?

Orang-orang yang bekerja karena uang memang harus membayar pendapatan mereka yang tidak seberapa itu dengan kerja keras, yang membuat mereka lelah lahir dan batin. Tapi bukankah ini sudah merupakan konsekuensi yang harus diterima? Bukankah di dunia ini tidak ada makan siang gratis? Bukankah segala kenikmatan yang kita dapatkan harus kita bayar dengan harga yang mahal juga? Itulah hukum alam yang berlaku dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja. Jadi tak ada jalan lain bagi kita kecuali menerimanya. Itulah yang disebut dengan konsekuensi.

Model-1

Tujuan Bekerja (MENCARI UANG) ==> Konsekuensi (BEKERJA KERAS)

Perhatikan model di atas. Mengapa kita bekerja? Kita bekerja untuk mendapatkan uang. Kita ingin membiayai kehidupan kita. Kita menginginkan uang karena mendambakan kenikmatan hidup.  Karena kita harus membayar kenikmatan tersebut dengan harga mahal: harus bekerja keras dari pagi sampai malam, harus melayani atasan serta mendengarkan keluhan dan kritikan pelanggan,  ini tentu sulit dan tidak mudah.  Kita harus berkorban, termasuk korban perasaan. Ini semua demi mendapatkan uang.

Itulah yang dimaksud dengan konsekuensi. Dan konsekuensi selalu melahirkan perasaan tidak nyaman. Ini ibarat seorang pemuda yang berminat pada seorang gadis dan sedang melakukan pendekatan. Yang ia inginkan tentu saja hanyalah si gadis, tapi konsekuensinya, ia harus mendekati keluarga si gadis. Ia harus bisa mengambil hati orang tua si gadis, saudara-saudaranya, bahkan mungkin juga kakek dan neneknya.

Jadi apapun ceritanya, dalam sebuah konsekuensi selalu ada perasaan terpaksa, sekecil apapun. Konsekuensi adalah harga yang harus kita bayar untuk mendapatkan kenikmatan. Karena itu selama kita menempatkan pekerjaan sebagai konsekuensi untuk mendapatkan uang maka bekerja tidak akan pernah memberikan kebahagiaan yang sejati.

Lantas bagaimana seharusnya? Bukankah semua orang melakukan hal seperti ini? Apakah ada cara lain yang lebih baik?  Ada baiknya kita menyadari bahwa sesuatu yang dilakukan kebanyakan orang bukanlah berarti itu sesuatu yang benar. Bagaimana bisa dibilang benar kalau banyak orang yang tetap bertahan di tempat kerjanya – walaupun mendapatkan penghasilan yang pas-pasan dan sering dimarahi atasannya – semata-mata karena ingin mendapatkan uang? Bukankah tujuan hidup kita adalah mencapai kebahagiaan, bukannya sekedar mendapatkan uang?

Agar bisa bahagia kita harus merevisi total pandangan kita terhadap pekerjaan. Kita harus melakukan revolusi paradigma, karena dengan cara inilah kita dapat berbahagia dan menikmati pekerjaan kita.

Model-2

Tujuan Bekerja (MELAYANI ORANG LAIN) ==> Konsekuensi (MENDAPATKAN UANG)

Silakan resapi model-2 diatas. Disini tujuan kita bekerja semata-mata untuk melayani orang lain. Melayani orang lain bukanlah sebuah konsekuensi. Ia adalah tujuan, bahkan satu-satunya tujuan kita bekerja. Bekerja seharusnya merupakan pengejawantahan dari seluruh kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Bekerja sesungguhnya merupakan misi hidup kita di dunia yaitu membantu orang lain, membuat orang lain sukses, dan bahagia. Bekerja merupakan upaya kita untuk meneruskan cinta Tuhan dengan cara melayani sesama manusia.

Dalam paradigma kedua ini kita telah melakukan perubahan mendasar yaitu memindahkan tujuan bekerja dari berfokus pada diri sendiri (yaitu mencari uang) ke berfokus pada orang lain (yaitu untuk melayani). Ini perubahan yang sungguh luar biasa, sebuah revolusi yang sangat mendasar dan sungguh tidak mudah.

Sebuah pertanyaan besar mungkin timbul: "Mengapa kita harus melayani orang lain?"  Bukankah tujuan bekerja adalah melayani diri kita sendiri?  Salah. Kita bekerja memang untuk melayani orang lain. Inilah hukum alam yang sejati. Siapapun yang melanggar hukum alam ini akan hancur dibuatnya.  Kalau tidak percaya, coba lakukan hal-hal berikut ini: abaikan atasan dan pelanggan Anda, layani mereka seadanya saja, lupakan inisiatif, kreativitas dan inovasi. Lalu........lihatlah dan perhatikan apa yang terjadi? Apakah Anda akan beroleh sukses dan kebahagiaan?

Gantilah pendekatan kita. Lupakan dahulu kebutuhan kita sendiri. Carilah apa yang penting bagi pelanggan dan penuhilah hal itu. Layanilah mereka dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa dan raga. Kerahkan segala daya dan upaya yang kita miliki.  Anda akan mendapatkan kesetiaan. Anda akan memiliki hidup yang penuh makna. Anda akan merasa berharga. Anda akan bahagia.

Lantas bagaimana dengan uang?

Jangan khawatir. Ketika tidak memikirkan uang, uang akan datang ke hadapan kita dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar