26 Jan 2011

Leadership di Masa Transformasi



Oleh: Arisbei

Dalam lingkungan organisasi dewasa ini, tampaknya menuntut  kapasitas yang lebih besar untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian. Sehingga mejadikan peran pemimpin sangat vital. Most corporations today are over managed and under lead. Hal ini tentunya perlu diperhatikan oleh pemimpin organisasi demi kelangsungan hidup dan perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
Organisasi untuk bisa tetap exist pada masa perubahan dan penyesuaian seperti ini diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai karakteristik transformational leadership.
Ciri-ciri atau karakteristik Transformational Leadership:
1.  Sebagai Perintis Perubahan (change agent). Tujuannya menciptakan organisasi yang adaptif dan inovatif.
2.  Berani dan Terbuka. Pemimpin harus berani mengambil resiko dan menentang status quo dalam organisasi.
3.  Percaya pada Anggota. Walaupun di topang oleh legalitas, pemimpin selalu sensitif terhadap kebutuhan anggota, dan selalu serusaha memberdayakan anggotanya.
4.  Fokus pada Nilai Tertentu. Pemimpin selalu berbicara tentang suatu himpunan nilai-nilai inti dan menunjukkan tata laku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.
5.  Belajar Terus-menerus. Memandang kegagalan sebagai pengalaman untuk dipelajari. Untuk itu pemimpin mempunyai dorongan kuat untuk selalu belajar sendiri. Mereka mampu mengubah gaya dan pendekatannya dalam memimpin organisasinya.
6.  Dapat Mengolaborasikan Visi. Pemimpin tidak hanya mampu menciptakan visi saja, tetapi dapat menterjemahkan visi tersebut sehingga di mengerti oleh anggotanya.

Disamping harus memiliki karaktristik seperti diatas, hal yang lebih penting dari seorang pemimpin harus memiliki atribut sebagai berikut :

1.  Mengerti tujuan suatu system dan mengerti bagaimana organisasi mendukung pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Deming, organisasi perlu di pandang sebagai system. Berarti internal system meliputi proses intern, dan external system yang meliputi supplier, customers, dan lingkungan. Kita perlu mengerti pentingnya mengidentifikasi tujuan organisasi dan mengerti kebutuhan organisasi,  untuk menjamin agar manager seluruh fungsi dan anggota organisasi menghayati bagaimana pekerjaan departemennya bekerja untuk mendukung tujuan organisasi.

2.  Bekerja sama demi optimisasi system.
Pemimpin harus mengerti pentingnya koordinasi seluruh bagian proses untuk mencapai optimisasi seluruh proses. Pemimpin jangan mencoba menurunkan performa manager dari suatu bagian sehingga kegiatannya tampak baik, namun merugikan proses secara keseluruhan. Keadaan seperti ini disebut subotimisasi. Pemimpin perlu mengerti pentingnya hubungan customers-suppliers dan dapat menciptakan iklim dimana tim dapat bekerja sama untuk organisasi keseluruhannya. Hal ini yang disebut optimisasi.

3.  Mengerti perbedaan di kalangan anggotanya, berusaha selalu menciptakan suasana kesenangan kerja.
Dengan mengerti perbedaan tersebut, pemimpin akan selalu berusaha menciptakan minat dan tantangan dalam pekerjaan. Tugas utama pemimpin adalah menciptakan kecakapan anggotanya dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan menghilangkan hambatan-hambatan dalam pekerjaan dan menciptakan pekerjaan yang menarik dan menantang (challenging), para anggota akan memperoleh kesenangan dalam pekerjaannya. Inti tugas pemimpin disini adalah membantu anggotanya untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih baik.

4.  Memberikan penyuluhan dan bimbingan bukan menghakimi.
Terdapat empat gaya kepemimpinan, yaitu : pengarahan/otokrasi (directing), bimbingan/pembinaan (coaching), dukungan/demokrasi (supporting), dan pelimpahan wewenang/kendali bebas (delegating). Keempat gaya kepemimpinan tersebut bersifat hirarki berdasarkan kesiapan dari anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Anggota organisasi yang baru biasanya belum siap melakukan pekerjaannya, sehingga diperlukan pengarahan terlebih dahulu. Begitu para anggota memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan, pimpinan dapat mengurangi pengarahannya dan beralih ke bimbingan serta memberikan penjelasan tentang peranannya. Seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya kemampuan anggotanya, kemudian pemimpin dapat beralih ke pemberian dukungan dan pelimpahan wewenang. Tujuan utama kepemimpinan tersebut adalah memungkinkan anggotanya dapat melakukan keputusan sendiri dan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap pekerjaannya. Hal ini merupakan azas pemberdayaan anggota.

5.  Mengembangkan pengetahuan dan kepribadian sebagai sumber kekuatan (power).
Menurut Deming ada tiga sumber kekuatan : Formal, Pengetahuan, dan Kepribadian.
·         Formal. Pemimpin memperoleh kekuatan karena kedudukanya secara formal dalam organisasi. Kekuatan/kekuasaan seperti ini tidak didasarkan pada sifat pribadi pemimpin.
·         Pengetahuan. Kekuatan/kekuasaan dalam hal ini didasarkan pada pengetahuan pemimpin dalam bidang tertentu yang bermanfaat bagi organisasi.
·         Kepribadian. Hal ini sering disebut kharisma, kekuatan/kekuasaan yang berdasarkan sifat pribadi atau karakteristik dari pemimpin.
Deming berpendapat bahwa pemimpin yang berhasil tidak hanya bertumpu pada kekuatan formal saja untuk mempengaruhi anggotanya. Pemimpin yang berhasil  mengolah pengetahuannya melalui pembelajaran yang kontinu serta menyempurnakan hubungan antar manusia dan mempraktekkan metoda untuk bekerja sama dengan orang lain. Tetapi pemimpin yang mempunyai kekuatan/kekuasaan formal memiliki peranan moral yang penting untuk menyempurnakan organisasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar